Dia Adalah Rembulanku,
Dia Adalah Malamku,
Dia Adalah Siangku,
Dia adalah Pelangiku.
Begitu rentetan kalimat pendek yang keluar dari mulutku. Mendengar kata itu, kamu hanya tertunduk, lesu, seolah meragukan kata yang keluar dari mulutku. hingga akhirnya kamupun membantah semua pernyataanku. entah kenapa engkau menjadi begtu kritis dalam kesunyian yang kita hadirkan malam ini, saat kita terjebak dalam ruang sunyi yang begitu sulit terjangkau oleh orang lain.
"Dia adalah bintangku", kata engkau mengulang peryataanku. "dia memang bersinar, namun bukankah bintang hanya malam hari...? selepas itu, ketika pagi dia menghilang, apakah dia seperti itu....?" hardikmu hingga membuatku menjadi tersadar. "yah,,, dia tidaklah seperti bintang, karna dia slalu ada bagiku", gumamku dalam hati, membenarkan pernyataannya.