Ironis, masyarakat yang sedang berusaha memperjuangkan hak-haknya justru ditembaki membabi buta oleh aparat yang bersenjata lengkap. Beberapa diantara mereka diklaim telah tewas terkena peluru yang dibeli dari pajak yang mereka bayar.(sampai kinipun jumlah korban masih belum pasti)
Lambu-sape kini seolah berubah menjadi Mesuji jilid#2. Kasihan saudara-saudaraku disana yang berada diujung timur pulau Sumbawa. Akibat sikap mereka yang menolak pertambangan dan berusaha mempertahankan apa yang menjadi milik mereka justru dibayar dengan tumpahan darah.
Dalam sebuah surat kabar disampaikan bahwa. Kapolda NTB Brigjen Pol. Arief Wachyunadi sudah melakukan negosiasi pada warga untuk membuka blokir pelabuhan Sape, karena banyak warga NTT yang akan merayakan natal di kampung halamannya.
Namun ternyata, mereka memilih bertahan dan memilih mati sebagai perjuangan untuk melawan ketidakadilan yang menimpa mereka. Kasihan. Semestinya, tidak mati sia-sia seperti itu. Yah,,, semuanya sudah tau begaimana sikap dan tabeat warga sape-lambu yang notabene sangat mudah terprovokasi dan tersulut emosi.
Provokator memang kejam, Warga yang kebanyakan orang tidak berpendidikan justru dihasut membakar fasilitas umum. kantor desa, rumah warga menjadi sasaran kemarahan massa. Kantor desa yang merupakan milik mereka justru dibakar. Apa salahnya, kantor desa itu?
Belum hilang dibenak kita juga terkait kejadian aksi yang serupa beberapa bulan yang lalu yang meluluh lantakan kantor camat lambu. Puing-puing sisa kejadiannya pun kini menjadi saksi bisu atas kebringasan masyarakat yang benar-benar menentang kebijakan tersebut.
Apapun yang terjadi di Bima. Berapapun yang tewas seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi penguasa untuk tidak sewenang-wenang pada rakyatnya. kalau sewenang-wenang inilah jadinya. Rakyat miskin yang jadi korban.
Masih ingatkah kalian, saat pemilihan kepala daerah, mereka datang memohon-mohon agar dipilih sebagai bupati atau wakil rakyat di parlemen. Namun, setelah merasakan tampuk kekuasaan, janji-janji hanya tingga janji. Kalau sudah begini, di mana hati nuranimu, wahai pemimpin????
Naasnya lagi,, tadi pagi (berdasarkan info yang saya dapatkan) setelah Pelabuhan sape diambil alih oleh aparat, akhirnya masyarakat kembali berunding dengan bupati bima, ferry Zulkarnain. masyarakat tetp pada tuntutannya untuk menghentikan eksploitasi SDA di bima secara permanen. namun ternyata sang bupati bersikeras untuk tidak mencabut SK 188 tentang pertambangan tersebut....!! benar2 pemimpin yang tidak pro rakyat.
Mudahan-mudahan dana ra rasa eseka cepat kondusif dan tidak ada lagi penolakan atau penembakan menggunakan senjata yang dibeli dari pajak yang kami bayar….!! Semoga
Maaf atas foto2 diatas,,, tapi demikianlah adanya yang terjadi di daerah kelahiranku....!! Bima.
Sumber Foto : kiriman E-mail seorang senior yang peduli akan kejadian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar