Pada dasarnya, Islam tidak pernah menuntut agar manusia mematikan akalnya, lalu percaya begitu saja dengan semua akidah dan syari’ah yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya, akan tetapi islam sangat menghormati akal manusia dan menganjurkan untuk mengasah kemampuan berpikirnya. Islam mengarahkan akal untuk berpikir dan mengamati. Sebagai mana firman Allah
“Kitab (al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat2Nya dan agar orang2 yang berakal sehat memperoleh pelajaran” (QS. Shod (38):29)dan
Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an, ataukah hati mereka sudah terkunci? QS.Muhammad (47):24,selain itu islam juga mengarahkan akal untuk memikirkan makhluk2 ciptaan Allah
“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ya Tuhan kami tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”QS.Ali Imran (3):191dan
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya banyak diantara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan tuhannya (qs. Ar-Rum(30):8)disamping itu akalpun diarahkan untuk mengamati keadaan umat2 terdahulu serta akibat perbuatan mereka
tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah kami binasakan, padahal (generasi itu), telah kami teguhkan kedudukannya dibumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepadamu. Kami curahkan hujan yang lebat untuk mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka, kemudian kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan generasi lain setelah generasi mereka.QS.al-An’am(6):6Islam memberikan kebebasan pada akal manusia untuk mencermati kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya lalu dia diberi kebebasan untuk menentukan apakah dia memilih jalan keislaman ataukan masih bergelut dengan jalan kekufuran. Perhatikan firman Allah
Dan katakanlah (Muhammad), “kebenaran itu datangnya dari tuhanmu; barang siapa menghendaki beriman, maka berimanlah, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir….”QS.al-Kahfi(18):29Disamping itu, perintah belajar adalah salah satu bukti bagaimana islam memerintahkan untuk mengembangkan akal pikiran dengan ilmu yang bermanfaat. Karna sebagaimana halnya dengan fisik bisa berkembang dengan makanan. Maka, akalpun bisa berkembang dengan ilmu yang nantinya akan menjadi dasar kemantapan keimanan. Islampun mengangkat tinggi derajat orang2 yang mempunyai ilmu. Sebagai mana firmannya
“…niscaya Allah akan mengangkat derajat orang2 yang beriman diantaramu dan orang2 yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan”QS.al-Mujadillah(58):11
Itulah betapa pentingnya kedudukan ilmu dan akal dalam islam. Disamping itu, tokoh fisika sekaliber Einsteinpun sangat menyadari akan pentingnya antara ilmu dan agama. Sebagaimana tertuang dalam ungkapannya yang terkenal “agama tanpa ilmu adalah lumpuh, ilmu tanpa agama adalah buta”.
Namun, kebebasan yang sangat tinggi dari islam kepada akal manusia tidak menjadikannya tanpa kendali, karena bagaimanapun bagusnya akal manusia tetaplah serba kurang dan tidak sempurna. Oleh karena itu, jika ada sebuah syariah yang sudah jelas maka akal haruslah tunduk kepadanya meskipun dia tidak bisa memikirkan hikmah dan latar belakang serta tujuan dari perintah yang ditetapkan tersebut. Seperti misalnya tatkala Nabi Ibrohim meminta kepada Allah untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali, maka Allah memerintahkannya untuk menyembelih seekor burung dan memotongnya menjadi tujuh bagian yang diletakkan di tujuh gunung yang berbeda dan kemudian burung itupun kembali kepada nabi Ibrahim dalam keadaan hidup. Namun, Allah tidak menjelaskannya dengan terperinci karna memang hal ini diluar jangkauan akal manusia dan kewajibanya hanyalah beriman.
Jadi bisa dipahami bahwasannya akal dilarang untuk terjun dalam hal2 yang berada diluar jangkauannya. Misalnya tentang dzat Allah, masalah roh, perkara2 ghoib dan yang semisalnya. Tentang masalah roh, Allah berfirman :
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh, katakanlah, “ruh itu termaksud urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit”QS.al-isro(17):85#Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar